INDO24JAM.ID– Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi peluang pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Banyak negara yang mengalami krisis masalah lingkungan karena dipengaruhi aktivitas manusia. Misalnya dari life style masyarakat yang memberi dampak besar pada perubahan iklim dan bencana alam. Apalagi penggunaan energi fosil yang berlebihan di setiap negara yang memberi efek negatif untuk lingkungan. Belum lagi kondisi bumi yang terus mengalami kenaikan temperatur akibat emisi karbon. Sehingga terdapat banyak faktor yang memberikan sumbangsih pada berbagai krisis permasalahan lingkungan.
Manusia dapat memberikan inovasi melalui sumber energi baru terbarukan untuk menghasilkan dampak positif pada lingkungan. Melalui ide transformasi energi yang berkelanjutan dapat memberikan peluang besar mengatasi kerusakan lingkungan. Eks Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif permah mengingatkan peran penting energi baru terbarukan dalam penurunan risiko emisi gas rumah kaca di sektor energi. Dilansir dari media online CNN Indonesia bahwa EBT juga dapat mendorong masyarakat untuk mandiri energi dan tidak tergantung pada energi tak terbarukan.
Indonesia menjadi negara dengan penghasil energi baru terbarukan yang dapat dikembangkan. Seperti yang disampaikan Priyono Soetikno Guru Besar Institut Teknologi Bandung bahwa Indonesia mempunyai potensi energi baru dan terbarukan yang melimpah. Menurutnya salah satu yang sangat berpotensi di Indonesia yaitu PLTA/PLTMH karena pemberdayaan energi air sangat strategis dalam pemanfaatan listrik. Penggunaan listrik sendiri yang masih memanfaatkan energi tak terbarukan dari fosil seperti batu bara, gas alam, dan minyak bumi sangat memberi dampak negatif untuk lingkungan.
Penggunaan listrik di Indonesia dapat bertransformasi memanfaatkan energi baru terbarukan dari air, angin, gas, uap, panas bumi, dan tenaga surya. Data yang dirilis dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan penyampaian Direktur EBT dan Konservasi Energi, menunjukkan Indonesia memiliki potensi EBT yang cukup besar diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4,80 kWh/m2/hari energi angin3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW. Berdasarkan rilis Yayasan Indonesia Cerah juga dapat diketahui 5 contoh penggunaan EBT terbesar di Indonesia yaitu PLTS Cirata Jawa Barat, PLTS Likupang Sulawesi Utara, PLTB Sidrap Sulawesi Selatan, PLTB Jeneponto Sulawesi Selatan, dan PLTA Saguling Jawa Barat.
Dampak transformasi sektor kelistrikan di bidang EBT menunjukkan peluang besar bagi negara yang sudah mulai memanfaatkannya. Potensi ini mampu memberikan peningkatan ekonomi dan inovasi masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari proyek Market Transformation Through Design and Implementation of Appropriate Mitigation Actions in Energy Sector (MTRE3) di Desa Lubuk Bangkar Provinsi Jambi yang berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) berkapasitas 60Kw (kilowatt). Inovasi yang berhasil dikembangkan ternyata mampu memberikan dampak besar untuk lingkungan dengan mampu mengontrol bencana alam banjir, irigasi, dan suplai air. Serta mampu menunjang kesejahteraan masyarakat setempat dari segi sosial ekonomi.
Inovasi lain di sektor EBT dari masyarakat Indonesia dalam kelistrikan ada juga di Desa Gurung Mali Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang. Mereka memanfaatkan mesin pembangkit listrik mikrohidro atau pikohidro dengan ukuran 1m x 0,5m yang menghasilkan daya maksimal 250 watt. Jika masyarakat Indonesia dapat secara mandiri memiliki inovasi dalam bertransformasi menggunakan energi baru terbarukan, maka sumber daya manusia di negara ini dapat memiliki peluang besar dalam persaingan inovasi energi dengan negara besar di dunia. Belum lagi faktor pendorong sumber daya alam di Indonesia yang sangat melimpah untuk di olah kembali. Namun, untuk menuju transformasi energi baru terbarukan secara menyeluruh di Indonesia sendiri prosesnya perlu secara bertahap.
Masyarakat Indonesia masih banyak yang sangat ketergantungan dengan sumber energi konvensional. Hal ini dipengaruhi karena infrastruktur energi konvensional yang juga sudah besar dan lumayan lama telah dimanfaatkan. Selain itu karena faktor ekonomi dan biaya dalam transformasi secara menyeluruh EBT masih belum dapat dianggarkan karena faktor politik, regulasi, dan kebijakan yang belum konsisten. Seperti dilansir dari kumparan bahwa Peneliti Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam menunjukkan, politik anggaran energi di Indonesia belum sepenuhnya mendukung pengembangan energi baru terbarukan. Dari rilis kumparan juga ditemukan bahwa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam data mereka di buku rencana induk pengembangan EBT 2010-2025 mencatat hanya sebagian kecil potensi energi baru terbarukan di Indonesia yang telah dimanfaatkan.
Perkembangan energi baru terbarukan di Indonesia perlu didorong melalui komitmen yang kuat dari banyak pihak. Mulai dari sektor pemerintah, pelaku usaha, investor, hingga masyarakat setempat dalam menggagas inovasi energi yang lebuh maju, efisien, dan produktif. Hal ini bisa saja dilakuan secara bertahap demi menjaga krisis masalah lingkungan di Indonesia dan secara global. Meskipun peluang untuk segera bertransformasi masih memerlukan tantangan besar, namun langkah ini lebih baik dibandingkan bertahan dengan energi tak terbarukan yang konvensional dan memberi dampak buruk untuk bumi.
Energi baru terbarukan jadi solusi utama yang paling strategis untuk mengatasi keterbatasan energi fosil. Sumber energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara semakin menipis dan tidak dapat diperbarui, sehingga kita perlu mencari alternatif yang lebih berkelanjutan. Sumber EBT seperti matahari, angin, dan air memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan energi di masa depan. Pengembangan teknologi EBT harus terus diinovasikan agar semakin efisien dan terjangkau. Dengan begitu, energi terbarukan dapat menjadi tumpuan utama dalam menjaga keberlangsungan energi dan lingkungan hidup.